Potret “Sambori” dalam Primitive Runway Trans TV

Intro

Pasti kalian sudah menonton acara “primitive runway” edisi Jum’at 17 Desember 2010 ini berjudul Negeri di Atas Awan, dengan setting di daerah sejuk, indah nan elok bernama Sambori, di Kabupaten Bima. Nusa Tenggara Barat. Indonesia.

Oke, kali ini tidak ingin bertele-tele hanya untuk membahas polemik penggunaan kata “primitive” yang memang menurut penulis sendiri adalah sebuah bentuk pelanggaran akan nilai-nilai kemanusiaan, Primitif terasa begitu rasis dan “kurang ajar” bukan?

Lebih jauh bisa di baca di sini, repost dari koran tempo,Mereka Bukan Primitif atau Nota Surat Keberatan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)

 

Antusias

“Just info : Jangan lupa nonton Primitive Runways (Kata primitive masih di
perdebatkan dan di tuntut karena bermakna negatif dan berbau kolonial – tempo), pukul 19.30 WIB.Kali ini tentang kebudayaan Bima.”Eksotika  Sambori”.Sambori itu wilayah di Bima.Masih alami,rumah adat “lengge” danbahasa nya berbeda dgn bahasa Bima yang di pakai umumnya oleh etnis Mbojo.Nonton intinya!!”.

Ini adalah status Facebook saya beberapa jam sebelum acara ini di tayangkan di stasiun TV. Antusias, merasa bangga bahwa salah satu daerah di Bima akan di show-up dan bakal di tonton oleh jutaan mata orang Indonesia. Apalagi akan ada Rio Dewanto dan Lia WaOde,  artis ibukota di acara ini.

Tapi, pun bahkan sebelum acara tersebut selesai, banyak “keanehan” bagi saya pribadi. Saya bertanya, INI ACARA APA?

1. Penyebutan suku Sambori. Apa mereka sebelum masuk ke sebuah komunitas adat, suku dan budaya tertentu tidak belajar/memahami atau setidaknya bertanya ke “budayawan”, pelaku sejarah dan tetua lain nya dari sebuah suku (etnis) tersebut?Di Bima tidak ada yang menyebut suku Sambori. Penyebutan suku Sambori jelas sebuah “kesalahan” fatal, kesalahan sejarah dan sebuah penyesatan informasi.

Silahkan baca komentar dan (RT) di twitter sebagai berikut :

RT @duditboo: inii edisi @primitiverunway  yang paling keren.Suku sambori bener2 yang paling unik deh.hehehe .

RT @ErwinsyahAmir: Baru tau ada suku bernama “sambori” yg sangat unik di indonesia ini. Goodjob @primitiverunway.

Mereka tidak salah, karena memang informasi nya yang salah:
Di Akun twitter nya @primitiverunway, menulis :

“Don’t forget,this nite @Riodewantoo, @LiaWaode akan menghangatkan suasana malam anda. Di suku Sambori, Bima-NTB pkl: 19.30wib Viva Indonesia

2. Pada awal acara, perlukah pemeran wanita berteriak “tidak jelas” seolah melihat hal-hal mistis? Bagi saya pribadi jelas ini sebuah “pembodohan”. Seolah di daerah Sambori itu tempat berdiam makhluk2 non ragawi? Amat sangat tidak perlu.

3. Penyebutan Oi mangge (air asam) sebagai makanan khas, Ahh, yang ini saya tidak tahu. Asam? Oi mangge bukan makanan khas, masih banyak yang lain. Yang bergizi, tidak menyebabkan sekresi asam lambung begitu hebat.

4. Adegan perkelahian tidak penting Rio dengan salah seorang warga sambori? Bayangkan jika yang menonton adalah orang yang benar-benar tidak tahu tentang Bima.

Bima, masyarakat Bima adalah orang-orang yang memiliki budi pekerti, luhur, berjiwa ksatria. Terlalu picik penggambaran seperti itu. Penulis tidak tahu akan seperti apa pemikiran orang non-Bima tentang suku Bima.

Masyarakat Bima itu adalah sebuah komunitas besar. Bima di zaman sebelum penyatuan ke NKRI adalah sebuah kesultanan dengan nilai2 syariat Islam yang terpatri kuat. “Ada matengi Sara, sara matengi karoa, Lembo Ade paja ra Sara, Maja labo Dahu, Ngaha aina Ngoho “. Ini adalah semboyan semboyan dan slogan yang terpatri di kami, orang-orang Bima.

Mayoritas orang Bima adalah penganut agama Islam yang taat, menghormati tamu. Tau adab. Penggambaran dan adegan itu terlalu picik. Jadi bagi siapa saja di luar Bima. Perbaiki jikalau sempat ada pemikiran bahwa kami “primitive” dan memang tak beradab.

Akhir kata, penulis akui bahwa acara “Primitive Runways” ini bagus dalam hal
memberikan/menyiarkan eksotika keragaman budaya Indonesia. Bandingkan dengan acara-acara sinetron dan semisalnya yang “membosankan”.

Tetapi harap di catat, bahwa :

1.Kata “primitive” itu memang seyogyanya di tinjau dan di ganti. Betapa menyakitkan rasanya bahwa keunikan, keanekaragaman budaya kami harus di ekpos di sebuah acara berjudul “primitive” runways.
Primitive” word it’s totally fuckin’ rasist!!

2. Di tempat manapun anda akan masuk ke sebuah suku/komunitas dan hendak memperkenalkan profil masyarakat adat, pahami segi antropologi-budaya, sejarah dan semua elemen-eleman nya agar tidak terkesan sembrono dan serampangan.

3. Bagi para “artis/publik figure”, bersikap biasa saja. Tidak masalah kalian besar dan lahir entah di kota besar, di Jakarta dan entah dimanapun. Yang alami saja, tidak usah menunjukkan ekspresi yang berlebihan, “shock culture” dan lainnya. Kita sama-sama orang Indonesia. Entah Jakarta, Aceh, Bima, Sabu, Sulawesi, Papua adalah bagina dari NKRI dengan keunikan dan keragamannya. Bhineka Tunggal Ika, pasti di ajarkan di sekolah-sekolah.

Salam…,

 

Foot note:

Ada matengi Sara, sara matengi Karoa (Adat bersendikan Syariah/Syara. dan Syara berdasar Al-Qur,an dan agama).

Lembo Ade paja ra Sara (bersabarlah, ikhlaskan semua ikhtiar dan usaha semata Allah SWT, penentu nya)

Ngaha aina Ngoho (Makanlah apa yang telah alam berikan, jangan rakus hendak berbuat kerusakan di muka bumi)

Maja labo Dahu (Malu untuk melakukan kebejatan dan pelanggaran, takut karena melanggara aturan pantang di lakukan).

 

Foto : koleksi Primitive Runways

13 responses to this post.

  1. Posted by ardiansyah on 18 December 2010 at 1:25 pm

    saya setuju dengan pendapat anda…orang bima orang yg beradap,jd hilangkan ungkapan primitif dari bima….

    Reply

  2. Setuju dengan pendapat anda…tdk satu pun Masy. Adat di Nusantara ini tdk beradab…hanya orang-orang luarlah yg selalu menganggap bahwa masy. Adat….negatif, itu hanya presepsi dari orang2 yg tdk mengerti peradaban Masy. Adat.

    Reply

  3. Adat kikir gigi dulu di aceh dilaksanakan saat menjelang 7 hari sblm pesta,para gadis dikikir gigi tujuan pengobatan agr gigi teratur rata rapi dg izin Allah maskiki melaksanakan kikir gigi atau potong gigi gadis yg minat kikir gigi bisa di hub di 085310641972

    Reply

  4. caru caru caru….
    ncihi romo….
    adat bima paling islami….
    masih sangat banyak ciri khas dari daerah bima yg sebenarnya sangat unik dan menarik…
    bukan seperti noro oi mangge yg seakan akan menggambarkan orang bima itu sangat kelaparan….
    sesungguhnya bimaku itu penduduknya damai dan tentram…

    Reply

  5. Posted by Anonymous on 30 June 2011 at 6:47 am

    Saya baru saja dari Sambori…sungguh, saya keberatan dengan penggunaan primitif..Mereka orang yang benar-benar luar biasa…

    Reply

  6. Sayangnya saya gak nonton jadi gak bisa komentar lebih jauh. Hanya saja, pengalaman saya mengembara, memang daerah timur masih dianggap terbelakang (kata lain dari istilah “primitive”) oleh saudara2 dari negeri “tanah dwipa”. sebuah stereotip negatif yang maih hidup dibenak. Sebuah kekonyolan yang nyata. tahnks bro.

    Reply

  7. Posted by hasbi on 1 October 2012 at 5:40 pm

    aku paling senang dg orang2 sederhana

    Reply

  8. Posted by Anonymous on 4 December 2012 at 7:48 am

    Hidup sederhana gak punya apa-apa tapi banyak cinta…. sambori yang alami menggabarkan dana mbojo yang indah dan damai,…

    Reply

  9. Posted by Anonymous on 19 June 2013 at 5:49 am

    tempat yang indah untuk di kunjungi………
    stiillll…..kata orang sasak

    Reply

  10. Posted by nani on 22 October 2013 at 3:03 pm

    Sambori my live my adventure

    Reply

  11. Posted by Nunu Noorbayani on 19 May 2014 at 3:45 am

    Buat saya, primitive atau tidak, memang msh banyak suku-suku di Indonesia yang terisolir dan jauh dari modernisasi. Hal ini memperkaya ranah budaya Indonesia. Indonesia bangsa yang multi-etnik dan luarbiasa unik,, Sungguh miris keberagaman suku-suku terisolasi itu tdk pernah tersentuh pembangunan dan hiruk-pikuk politisi Indonesia yang haus jabatan, seakan-akan memang keberadaan suku-suku ini dinafikkan.. Praigoli, Polahi, Korowai, Boti, Sambori, Suku Anak Dalam, Mentawai, dan ratusan suku-suku di Indonesia yang bahkan para pejabat-pejabat kita mungkin tidak tau namanya,, tapi buat saya.. Primitive Runaway memiliki nilai sendiri bagi wawasan pengetahuan kebudayaan saya, Primitive bukan rasis, bukan juga menyinggung, tapi memang dibuat menampar bagi BAPAK-BAPAK yang duduk dikursi pemerintahan… bahwa MEREKA di BIma, butuh sentuhan Pembangunan, Pendidikan, dan Hidup Layak seperti MEREKA DI JAKARTA, dalam kapasitas warga negara dan kesamaan hak bagi seluruh Rakyat Indonesia.. BRAVO SAMBORI,,, 🙂

    Reply

  12. Posted by Dr Imam Nahrawi Phd on 2 October 2014 at 2:40 pm

    saya sangat mengapresiasi berbagai masukan dan kritik anda berkenaan dengan sebuah tayangan reality show, apapun itu, akan sangat berguna dan membangun, , ,
    tapi yang terpenting dari itu semua, dalam mengungkapkan sebuah argymentasi dan alasan harapannya di sertai data yang menyeluruh holistik dan valid,
    misal anda menguraikan kritik di atas, sertakan pendapat ahli, sertakan pula dampak dan manfaat yang terjadi di akhir resume anda berkenaan dengan berbagai kritik dan masukan yang anda berikan,
    mudah mudahan gairah menulis anda tetapterjaga, dan semakin Ilmiah demi memperkaya kazanah Keilmuan pelosok Timur Indonesia
    salam NKRI
    salam Indonesia Hebat

    Reply

Leave a reply to Anonymous Cancel reply